Adipati wirasaba


KADIPATEN WIRASABA
Kadipaten Wirasaba sekarang terletak di daerah Kecamatan Bukateja Purbalingga, Kadipaten wirasaba merupakan kadipaten pada akhir zaman majapahit kurang lebih tahun 1466, pada saat itu Banyumas dan Purbalingga belum ada dan masih merupakan hutan belantara
Kadipaten wirasaba pada saat itu masih dalam kekuasaan majapahit, sebagai Adipati yang pertama adalah Raden Paguwan atau Sayid Abu Asmanapi dengan gelar Kyai Raden Adipati Wirohudoyo, merupakan putra sulung dari Sayid Ismanapi Attas bin Jamnga atau Pangeran Pujonggo atau Sultan Modang dan merupakan keturunan Syeh Jumadil kubro, adipati wirasaba ke II dan seterusnya bukan dari keturunan beliau di atas namu keturunan dari majapahit dan Pakuhan parahiyangan.
Raja yang memerintah Pakuhan Parahiyangan sekitar tahun 1464-1503 bergelar Sri Prabu Linggawastu Ratu Purana Jaya Dewata adalah putera daru Sri Prabu Linggawesi Rahiang dewa Niskala
Pada suatu hari sri prabu Linggawastu mendengar bahwa di wilayah kerajaannya telah kedatangan dan bermukim seorang pertapa dari majapahit , yaitu adik dari Sri Prabu Brawijaya ke V bernama Raden haryo Baribin pandita Putra, maka segera di titahkan seorang patih agar mencarinya, dan bila ketemu agar menghadap Prabu Linggawastu.
Setelah Haryo Baribin menghadap Prabu Linggawastu kemudian di nikahkan dengan adik kandung Sri Prabu Linggawastu yaitu Dewi ratna Pamekas sebagai garwa padmi : dan memiliki 4 orang anak yaitu :
  1. Raden Jaka katuhu, dewasa menjadi adipati wirasaba II dengan gelar Kyai Raden Adipati Wirohutomo I
  2. Raden banyak Sosro, Setelah dewasa bermukimdi Kadipaten Pasir luhur
  3. Raden Banyak kumoro, setelah dewasa menjadi istri kya mranggi keling
  4. Rr. Ngaisah, setelah dewasa menjadi istri Kyai Mranggi Kejawar/Semu
Raden banyak Sosro wafat di usia muda dan meninggalkan anak bernama Raden joko Kaiman, kemudian Raden joko Kaiman oleh kakenya Raden haryo baribin di serahkan kepada bibinya yaitu Nyai mranggi kejawar, dan setelah dewasa menjadi menantu adipati wirasaba I yaitu raden Wargohutomo I.
Pada masa adipati wargohutomo I, kadipaten wirasaba di bawah kekuasaan kerajaan pajang dengan rajanya Sultan Hadiwijoyo Kamidil ngalam Pranatagama tahun 1546-1582,. pada suatu ketika adipati wirasaba mendapat titah raja agar mempersembahkan salah seorang putrinya untuk di jadikan garwa ampeanSultan pajang. oleh adipati wirasaba yang di persembahkan adalah putrinya yaitu roro kartiyah, yang semasa kecilnya pernah di jodohkan dengan putra saudaranya yaitu Kyai Gede Toyareka yang bernama raden mangun, tetapi stelah dewasa roro kartiya tidak suka dengan raden mangun, dan berpisah sebelum melakukan kewajiban sebagi seorang istri.
mendengan adipati wirasaba mempersembahkan putrinya ke raja pajang, kyai gede toyareka tidak dapat menerimanya maka bersma putranya berangkat ke pajang untuk mengadu ke sultan hadiwijoyo, ketika kyai gede toyareka samapi ke pajang , adipati wirasaba dalam perjalannan menuju wirasaba, setelah sultan hadiwijoyo menerima pengaduan kyai gede toyareka maka dia sangat murka dan mengutus prajurit untuk menyusul adipati wirasaba dan membunuhnya, steleh ki gede toyareka pergi dari pajang, sultan hadiwijoyo memanggil roro kartiyah meminta penjelasan, mendengar pernyataan roro kartiyah sultan hadiwijoyo sangat menyesal akan tindakanya tanpa penelitian, segera di perintahkan patihnya agar menyusul prajurit yang diutus membunuh adipati wirasaba agar membatalkannya
Tidak lama utusan sultan pajang yang di utus untuk membunuh adipati wirasaba bertemu dengan adipati wirasaba,ketika itu adipati wirasaba sedang makan , di kediaman kyai bener, duduk di serabi rumah dengan lauk nasi dan pindang angsa/banyak pada hari sabtu pahing
tidak lama kemudian utusan patih dari sulatn pajang tiba dan melambaikan tangan, isarat tersebut di salah artikan dan utusan pertama langsung menusukan tombak ke dad adipati wirasaba, sebelum kematiannya adi pati wirasaba berpesan :
Para keturunanku di kemudian hari, jangan ada yang bersuamikan dan beristrikan keturunan toyareka, jangan ada yang berpergian pada hari sabtu pahing, jangan ada yang memelihara kuda berbulu dawukbang, jangan ada yang berpakaian destar dan ikat kepala yang berwarna wulung, jangan duduk di balai malang, jangan memakan daging angsa.
Setelah itu adipati wirasaba wafat dan di makamkan di pesarean pekiringan timur kota banyumas
sumber buku : Mengenal Purbalingga Drs. Sasono & Tri Atmo 1993
mungkin ini alasan tidak boleh pergi hari sabtu pahing di banyumas dan sekitarnya,

Comments

Popular posts from this blog

Keruntuhan Kerajaan Majapahit

Sejarah Kadipaten Onje